Mengenal Pendidikan Indonesia Era Hindia Belanda
Dalam pidato Peringatan Hari Guru Nasional 2021, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menyampaikan pesan dunia pendidikan hadapi ujian yang berat akibat pandemi. Dua tantangan yang dihadapi seorang guru sepanjang pandemi adalah tekanan psikologis akibat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan tekanan ekonomi dikarenakan kudu memperjuangkan keluarga mereka sehingga pendapatan mampu mencukupi. Kondisi akibat pandemi mengakibatkan guru terdemotivasi.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 perihal Guru dan Dosen https://dpp-kkdb.com/ menegaskan guru adalah jabatan profesi sehingga seorang guru kudu mampu jalankan tugasnya secara profesional. Dalam UU selanjutnya disebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik terhadap pendidikan anak umur dini jalan pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk jadi pendidik yang professional kudu dimiliki empat kompetensi, salah satunya adalah kompetensi profesional guru.
Era Hindia Belanda
Mochtar Buchori di dalam bukunya Evolusi Pendidikan di Indonesia dari Kweekschool sampai ke IKIP: 1852-1998 (2009) menyebutkan, terdapat empat tipe pendidikan bagi calon guru sekolah basic terhadap zaman Hindia Belanda yang mampu dikelompokkan jadi dua.
Pertama, sekolah guru untuk mereka yang bakal mengajar di sekolah rendah pribumi dengan pengantar bahasa Belanda. Dalam kelompok pertama ini, terdapat Kweekschool dan Hogere Kweekschool (HKS) yang sesudah itu diubah jadi Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK).
Kedua, sekolah guru untuk mereka yang bakal jadi guru terhadap sekolah rendah pribumi dengan bahasa pengantar salah satu dari bahasa-bahasa daerah, layaknya Jawa, Sunda, Melayu atau Bugis. Dari kelompok kedua ini, terdapat Cursus voor Volksschool Onderwijzers (CVO) yang sesudah itu diubah jadi Opleiding voor Volksschool Onderwijzers (OVVO) serta Normaalschool atau termasuk disebut sebagai Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers.
Kweekschool negeri pertama didirikan terhadap 1852 di Solo oleh Pemerintah Hindia Belanda. Jauh sebelumnya, udah didirikan Kweekschool oleh penyebaran agama Kristen (zending) di Ambon terhadap tahun 1834. Pada tahun 1871, nampak peraturan yang menyatakan bahwa pengadaan sekolah basic bumiputra kudu didahului oleh pengadaan tenaga guru. Atas basic peraturan itulah, Kweekschool sesudah itu diperbanyak. Beberapa Kweekschool didirikan, pada lain di Tondano terhadap tahun 1873, Ambon (1874), Magelang , Probolinggo, Banjarmasin (1875), Makassar (1876), dan Padang Sidempuan (1879).
Murid yang di terima di Kweekschool adalah mereka yang udah tamat dari sekolah pemerintahan untuk anak-anak pribumi, berumur paling tidak 12 tahun, dan berasal dari keluarga baik-baik. Namun di sesudah itu hari, mereka yang mampu di terima di Kweekschool ini hanya mereka yang udah tamat kelas VII HIS. Lama studi di Kweekschool ini ditempuh sepanjang 4 tahun.
Awalnya, bahasa Belanda hanya merupakan salah satu mata pelajaran di Kweekschool. Namun, sejak 1915, bahasa Belanda jadi bahasa pengantar di dalam kesibukan studi mengajar di Kweekschool. Tamatan Kweekschool sesudah itu mampu mengajar di Hollands-Inlandse School (HIS).
Lulusan Kweekschool diberi gaji yang disamakan dengan gaji seorang asisten wedana, sebesar 50 gulden sampai 150 gulden per bulan. Lulusan Kweekschool pun mendapat gelar resmi, yaitu “mantri guru”, yang memberi tambahan mereka kedudukan yang nyata di kalangan pegawai pemerintah lainnya. Selain itu, mereka termasuk berhak untuk manfaatkan payung, tombak, tikar, dan kotak sirih menurut ketentuan pemerintah. Mereka termasuk mendapat cost menggaji empat pembantu untuk mempunyai keempat lambang kehormatan itu. Tanda-tanda kehormatan itu membangkitkan rasa hormat, termasuk murid-muridnya sendiri, terutama anak-anak kaum ningrat.
Selain Kweekschool, terdapat pula Hogere Kweekschool (HKS) yang terhadap tahun 1927 diganti jadi Hollands Inlandsche Kweekschool (HIK). Perubahan selanjutnya mengikuti perubahan fokus pendidikan di HIK, yaitu dari tekanan terhadap penguasaan bahasa Belanda secara prima jadi pengembangan ilmu secara luas.
Pendidikan di HIK ditempuh sepanjang enam tahun. Sama layaknya Kweekschool, lulusan HKS maupun HIK sesudah itu mampu mengajar di sekolah HIS, namun dengan gaji lebih besar, sekitar 175 gulden per bulan.
Di segi lain, terdapat sekolah calon guru sekolah basic yang nantinya bakal mengajar di sekolah rakyat (Volkschool), yaitu Cursus voor Volksschool Onderwijzers (CVO) yang sesudah itu diubah jadi Opleiding voor Volksschool Onderwijzers (OVVO). Program CVO berbentuk kursus sepanjang dua tahun. Mereka yang di terima sebagai peserta kursus ialah mereka yang udah tamat kelas V dari Sekolah Pribumi Kelas II (Tweede Inlansche School/TIS), Vervolgschool, atau Standaardschool.
Metode pembelajaran yang dipakai ialah menyaksikan dan meniru, yaitu menyaksikan bagaimana para guru senior mengajar dan sesudah itu mereka menirukannya. Setelah tamat dari pendidikan ini, para siswa ditaruh sebagai guru Volksschool, yaitu SD 3 tahun dengan kurikulum terlampau sederhana, yaitu membaca, menulis, dan berhitung.
Selain CVO maupun OVVO, terdapat pula Normaalschool dengan lama pendidikan empat tahun. Mereka yang di terima sebagai murid terhadap sekolah ini ialah mereka yang udah tamat Kelas V dari Sekolah Pribumi Kelas II, atau Vervolgschool, atau Standaardschool. Selama empat tahun pendidikan, mereka meraih 14 mata pelajaran, terasa dari bahasa daerah, bahasa Melayu, ilmu mendidik, ilmu hitung, ilmu bangun, ilmu tanam-menanam, ilmu hewan, ilmu alam, ilmu bumi, sejarah, menggambar, menulis, menyanyi, pendidikan jasmani, sampai permainan di luar sekolah.
Noormaalschool negeri pertama untuk siswa laki-laki didirikan terhadap tahun 1915 di sejumlah daerah, yaitu Padangpanjang, Jember, Garut, Jombang, dan Makassar. Sedangkan, Noormaalschool pertama untuk siswa perempuan didirikan di Padangpanjang (1918), Blitar (1919), Tondano (1920), dan Salatiga (1933).
Para lulusan Normaalschool ini sesudah itu ditaruh sebagai guru terhadap SD 5 tahun (Tweede Inlandse School/TIS). Selain membaca, menulis, berhitung, para siswa TIS meraih ilmu ilmu bumi, ilmu alam, dan sejarah.
Salah satu perbedaan dari empat sekolah calon guru sekolah basic di atas adalah fasilitas studi mengajar. Mereka yang sekolah di Kweekschool maupun HKS/HIK meraih gedung sekolah yang mewah, yang ditambah dengan asrama dan perpustakaan yang lengkap. Sedangkan, kesibukan kursus CVO maupun OVVO tidak punya gedung sendiri, tak berasrama, dan tak punya perpustakaan. Situasi sedikit baik dialami para siswa Normaalschools yang meraih gedung sekolah yang simple dengan perpustakaan yang termasuk sederhana.
Untuk jadi guru sekolah menengah (Middelbaar Onderwijs, setingkat SMP dan SMA) terhadap zaman Hindia Belanda, dibutuhkan akta mengajar yang disebut “MO Akte”. Terdapat dua tipe Akta MO, yaitu MO A dan MO B.
Akta MO A berikan wewenang penuh untuk mengajar di dalam mata pelajaran khusus di tingkat Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yang artinya pendidikan rendah yang diperluas dan HBS. Keduanya adalah pendidikan terhadap tingkat SLTP. Sedangkan Akta MO B berikan wewenang penuh untuk mengajarkan mata pelajaran khusus terhadap tingkat Algemene Middlebare School (AMS), yaitu sekolah menengah lazim dan HBS. Keduanya terdapat terhadap jenjang SMA.
Pendidikan untuk meraih Akta MO terhadap biasanya hanya ada di Belanda. Di Hindia Belanda, terdapat pendidikan untuk meraih Akta MO Ilmu Pasti dan Akta MO A Bahasa Inggris. Pendidikan untuk Akta MO Ilmu Pasti itu dititipkan terhadap Technische Hoogeschool di Bandung (ITB).
Pendidikan guru terhadap zaman Hindia Belanda tidak hanya diadakan oleh pemerintah saja, namun termasuk diadakan oleh pihak swasta. Sekolah-sekolah guru swasta hanya ada terhadap jenjang Normaalschool untuk pendidikan guru bagi SD dengan bahasa pengantar bahasa daerah.
Комментарии